Dimanakah kearifan kata yang dulu pernah mentahtakan pola pikir
sehingga sekecil debu tak malu belajar tuk terlihat
tetapi kini kemoralan yang sejenak terangkat, justru bertepi di dataran hampa
“aku telah jadi batu, kenapa kau ajarkan aku cara debu”
kalau memang aku tak pantas jadi marmer tuk singgasana istana, kenapa kau impikan aku
jadi pasirnya
kukira kau arsitek pintar dengan rumus idealismu, tak nyambung hingga menjadi semboyan
haaaaaaah….
apalah arti dari jajakan mulutmu yang telah menelan ludah berpasir emas
yang penting tulangku kembali berdaging
terserah rusuk yang telah ku beri mau jadi apa
atau kau tak tahu, atau pura-pura untuk tahu
seperti apakah malu untuk orang yang dipandang mendidik, kalau memang harus terbayar lembu, kenapa meminta keledai…
pembodohan sepertinya menjadi harga mahal untuk dibeli…
haaa…jeniusan cara anak tk rela menghilangkan bodoh demi tak tercium
sapu lidi
lalu dimanakah aku kan bermain dengan waktu
di Taman Kanak-kanakkah (TK) atau taman kemahasiswaan, itu (TK) juga…
sayang sudah tak ada lagi tempat tuk orang pintar…
Kamis, 23 Juli 2009
Langganan:
Postingan (Atom)